tak terhitung pena yang kupatahkan
gumpalan kertas berserakan isyarat bimbangku
hati yang tak cukup ruang untuk menahan rasa
rindu lama yang kembali terbit dan mengusik
tubuhku tersudut, mulut berjejal sesal
menepi tersungkur tinggalkan pagi
tersayat pedih di ujung janji
hanya terlena angin sejuk tak pasti
kini aku mengharap pagi dengan resah
betapa tak berartinya ...
betapa sombongnya...
betapa rendahnya diriku
sudahlah...
aku yakin semua sudah terlambat
aku yakin kamu menutup pagi untukku
aku tak akan diterangi cahayamu
aku mengerti....
betapa bodohnya aku..
bagaimana aku bisa melukiskan sebuah puisi
tentang berseminya lagi nada cinta
jika bagimu, aku bukan lagi pelukis kata
karena aku pernah menyakiti hatimu
By : Joxer
Tidak ada komentar:
Posting Komentar